Rabu, 06 Maret 2013

dari "Finland Phenomenon", untuk Indonesia

Hey readers,
apa kabar kalian semua?
Gimana kuliah ? Gimana sekolah ?
ngebosenin apa nyenengin?
rasanya nggak afdol anak pndidikan, tapi belum ngepost soal pendidikan. Jadi hari ini, aku mau posting soal pendidikan ya...

berawal nih dari celetukan adekku yang udah kelas 3 SMA, namanya juga kelas 3, sekolah isinya nge-nol sama try out, tambah les - les. Saking keselnya dia sama rutinitas yang monoton itu, sempet nyeletuk dia "di Finlandia lho dud, nggak kebanyaka tes. Nggak kayak disini". nah, jadi penasaran deh. emang gimana sih di Finlandia itu?

searching di google ternyata nemu banyak artikel salah satunya konsep pendidikan di Finlandia, penasaran lagi akhirnya searching di youtube soal "Findland Phenomenon". dan WOW....that was so different from our education !

coba liat :


Meski tidak terlalu populer, negara ini ternyata menempati peringkat pertama di dunia dalam hal kualitas pendidikannya. Negara ini beribukota di Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM). Peringkat satu dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke Fakultas Hukum bahkan Fakultas Kedokteran. (http://ifalaila.blogspot.com/2011/06/problem-pendidikan-negara-maju-dan.html)

oke,
dari sedikit penjelasan itu kita tau bahwa di negara maju, mereka sangat memprioritaskan pendidikan mereka. Mengapa ? karena mereka menyadari bahwa pendidikan adalah tonggak majunya suatu peradaban, sementara anak - anak muda adalah agent of change yang berperan untuk membuat perubahan itu sendiri.

lalu apa yang membedakan Pendidikan di Indonesia dan Pendidikan di Finlandia?

jadi gini, konsep pendidikan di Finlandia adalah test less, and learn more. Kurangi tes, perbanyak belajar. banyak sebenarnya negaramaju yang memberlakukan "standarized test" untuk mengukur kemampuan siswa, tapi lain halnya dengan Finlandia. Finlandia tidak memberlakukan hal yang sama karena bagi mereka kemampuan setiap siswa itu berbeda. Jadi,penggunaan test untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa itu tidak dapat dijadikan landasan. Kita lihat saja fenomena di negara kita, berapa banyak sih uang yang dihabiskan untuk mengadakan ujian - ujian selama ini ? berapa uang ? dan berapa banyakkah individu yang bermutu yang dihasilkan dari ujian - ujian tersebut?


di Finlandia sendiri, tidak ada sekolah yang baik dan sekolah yang buruk. hampir kualitas dari semua sekolah itu baik. yang membedakannya hanya 2 hal, setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang berbeda dan olahraga khusus. sehingga para orang tua dapat memilih bahasa asing dan olahraga terbaik bagi anak mereka. Sangat berbeda bukan dengan Indonesia? sekolah memungut biaya yang kadang terlalu mahal untuk fasilitas yang tidak sepadan.

yang menarik, di Finlandia berlaku “No competition”, pendidikan di Finlandia tidak mengajarkan siswa untuk menjadi siapa yang terpandai namun lebih menekankan bagaimana membentuk “community” yaitu mengabungkan guru sebagai pendidik, siswa sebagai anak didik, dan masyarakat sebagai bagian dari pendidikan, sehingga kolaborasi ini yang membuat pendidikan lebih unggul karena semua merasa bertanggung jawab akan proses pendidikan.

bagaimana Indonesia?

di Indonesia pendidikan diukur hanya sebatas kognitif saja. Padahal keberhasilan seseorang bukan hanya dari sisi kognitif saja sebenarnya, namun segi afektif, psikomotor, dan juga sosial. namun di Indonesia nampaknya trlalu mendewakan "kognitif" hingga lupa dnegan aspek - aspek yang lainnya. Oleh karena itu, perlu ada pengubahan mindset bahwa "kognitif" bukan segalanya. mungkin salah satu penentu keberhasilan, namun bukan satu - satunya. :)

Lalu bagaimana seharusnya kita sbagai generasi muda menyikapi ?

well, in my opinion ini yaa
Perubahan ini harus diawali dari diri sendiri. Kita harus mulai berpikir terbuka untuk menerima perubahan - prubahan yang ada, mulai peka dengan lingkungan kita, perluas wawasan kita agar kita nggak jadi katak dalam tempurung. Kadang kita sudah merasa hebat, tapi sebenarnya, diluar kita masih banyak orang hebat yang lainnya. dan yang paling hebat tetap Allah SWT. teruslah haus dan haus dalam belajar, perbanyak ilmu, dan semakin banyak ilmu yang kita tau, kita akan merasa semakin bodoh karena ternyata dunia ini amat sangat luas. Dan akan timbul sikap kerendahan hati kita dengan sendirinya. Bukankah seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk ?

nah, ketika kita sudah mengantongi ilmu yang "mungkin" lebih daripada yang lain, jangan lupa kita tularkan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membangun Indonesia? kita yang bertanggungjawab untuk masa depan bangsa ini dan anak cucu kita nantinya. Jangan egois dengan memelihara kemalasan, sifat mudah putus asa, hidup adalah tentang belajar dan belajar karena pada akhirnya hidup adalah pembelajaran.

sebagai salah satu mahasiswa pendidikan,
aku berharap nantinya bisa mewujudkan dream school dimana sekolah mnjadi tempat tujuan, tempat yang dinanti, tempat bermain sekaligus belajar. bukan tempat dimana siswa hanya ditumpuki PR dan seabrek tugas yang lainnya. Mereka harus berkembang sesuai dengan potensinya. Kadang orangtua terlalu memaksakan anaknya untuk "pintar" menurut pandangan mereka. biarkan anak - anak itu menekuni "apa yang dia bisa" bukan "apa yang dia tidak bisa"/ kalau dia nggak bisa matematika, tapi bisanya Musik. yaudah les'in musik aja, jangan paksain untuk harus pintar matematika. Banyak pemusik yang sukses juga kok. apapun jika ditekuni, pasti akan menghasilkan :)

dan untuk guru - guru serta calon guru,
semoga nantinya kita bukan hanya sekedar tau nama murid kita, tapi memahami dan mengerti setiap murid kita. mungkin memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berati tidak mungkin. Mengajarlah dengan hati, dengan suka, karena itu adalah awal kalian dapat "mendengar" dan "melihat" apa yang tiddak tersampaikan dan terlihat  yaitu potensi. Murid adalah makhluk hidup, bukan benda mati. Mereka tak hanya memiliki otak, tapi juga memiliki hati yang harus kita perlakukan dengan baik. pahami setiap persoalan mereka, dan jadilah kalian sebagai guru, "orangtuanya manusia "

keep on reading gals :)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar